Booth WWF @ Ranca Upas

Booth WWF @ Ranca Upas

Jumpa lagi sama temen2 semua. Udah lama banget aku ga update blog. Kisah kali ini masih seputar kerjaanku di WWF-Indonesia yang menjelang detik-detik terakhir. Tanggal 7-9 Agustus yang lalu, aku mendapat tugas kantor untuk membantu kegiatan pameran merchandise WWF di acara Jambore Jejak Petualang di Ranca Upas, Ciwidey, Kab. Bandung.

Saat penugasan ini, sebenarnya aku baru sembuh dari sakit radang tenggorokan, sampai terpaksa tidak masuk kantor selama empat hari. Langsung kebayang takut sakitku kambuh lagi coz sesuai dengan informasi yang berkembang, Ciwidey adalah daerah pegunungan dengan suhu sangat dingin. Tambah ngeri lagi ketika diinformasikan, kita juga akan menginap di tenda bersama peserta jambore lainnya. Buset.. udah kebayang ni badan jadi beku abizz.

Singkat cerita kita dari Jakarta berangkat rombongan dua mobil, bersama tim membership yang sedang mengumpulkan cap jempol untuk mendukung kegiatan Monumen Tanah Airku, yang akan dihelat di Mal Artha Gading tanggal 17 Agustus 09 ini.

Aku yang ikut kloter pertama, tiba pertama kali di Ciwidey. Berangkat dari Jakarta sekitar jam setengah 6 sore, sampai di Ranca Upas sekitar jam 10 malam. Ternyata benar, suhu di bumi perkemahan itu super duper dingin banget. Mungkin dinginnya hampir sama ketika aku dulu sempet naik ke “Bokong Semar” Gunung Merapi, saat SMA dahulu.

Setelah menurunkan barang2 pameran, kabar gembira menyeruak. Kita akhirnya tidak jadi menginap di tenda malam itu. Kita turun ke Bandung, lalu menginap di rumah teman yang kebetulan emang asli Bandung. Puji Tuhan deh kita ga jadi berbeku ria di Ciwidey malam itu.

Nasi Kalong blur

Nasi Kalong blur

Saat turun ke Bandung, kita menyempatkan dulu untuk mengisi perut. Saat itu diputuskan untuk mampir di warung Nasi Kalong. Nama yang unik dan aneh. Konon sih, dikasih nama nasi kalong karena baru buka sekitar jam 10 malam sampe jam 3 pagi. Lalu ternyata nasinya juga berwarna hitam, penampakkannya mirip sama ketan hitam, tapi bedanya ini nasi. Ternyata, saat ditanya ke penjaga warung, nasinya ini adalah beras merah yang dicampur kluwek/kluwak untuk memberi efek warna hitam. Hmm emang orang2 Bandung itu kreatip2 banget deh.. saat dicicipi, hmm ternyata maknyus banget lah nasinya. Sensasi baru nyicip2 nasi hitam.

Kupat Tahu ala Bandung

Kupat Tahu ala Bandung

Setelah semalam melepas lelah di Bandung, kami bersiap untuk berangkat ke Ranca Upas lagi. Tapi sebelumnya kami sempatkan dulu untuk sarapan. Nah lagi-lagi kami mencicipi kuliner unik khas Bandung. Kami sarapan kupat tahu. Sekilas penampakannya mirip dengan kupat tahu Magelang. Bedanya, kupat tahu di sini pakai tahu kuning, pakai taoge dan tidak ada seladanya. Trus kita juga bisa request untuk menggunakan bumbu biasa atau bumbu petis. Makanan ini juga maknyus deh, walopun porsinya agak kurang mengenyangkan, tapi lumayanlah buat sarapan.

Sampai di Ranca Upas, mulai beraktivitas. Mulai dari mempersiapkan booth pameran, dokumentasi pameran, dan bantu mencari cap jempol untuk temen2 membership. Soal cap jempol ini ada sedikit cerita menarik. Aku dan tiga temen lainnya diutus untuk mencari cap jempol di lokasi wisata kawah putih, tidak jauh dari bumi perkemahan Ranca Upas. Singkat kata kami berangkat ke sana, dan cukup mendapat banyak cap jempol.

Tapi yang bikin males adalah, untuk menuju ke lokasi kawah putih ini, mobil kami harus melewati jalan yang sempit dan berkelok. Ditambah kondisi jalan rusak parah. Ayo dunk pemda setempat perbaiki dan perlebar jalannya, supaya semakin banyak wisatawan yang datang ke sana.

Kawah Putih di Sore Hari

Kawah Putih di Sore Hari

Kawah Putih sendiri, tempatnya cukup menarik. Hamparan lembah yang dikelilingi dinding batu menjulang. Semua batuan disana hampir semuanya berwarna putih karena terkena belerang. Danau belerangnya pun cukup hangat. Objek yang menarik ini konon kerap digunakan untuk syuting film atau video klip. Bahkan ketika di sana, kami melihat ada beberapa pasangan yang sedang melakukan pemotretan pre wedding. Namun disarankan untuk tidak berlama-lama berada di kawah putih ini, karena gas belerangnya cukup berbahaya bagi pernafasan, terutama yang menderita asma dan beberapa penyakit pernafasan lainnya.

Pameran selama dua hari, praktis kami tidak sempat memcicipi untuk menginap di tenda, yang sudah disediakan panitia. Kondisi fisik kami mungkin tidak siap dan tidak biasa menerima suhu yang sangat dingin itu. Walaupun sebenernya seru banget tuh kalo bisa nginap di tenda.

Singkat cerita, kami bersiap pulang ke Jakarta. Namun rasanya kurang afdol kalo belum mencicipi kuliner khas Ciwidey yang katanya serba strawberry ini. Kami lalu menyempatkan mampir ke Saung Sari. Sebuah rumah makan dengan nuansa gubuk2 khas pegunungan Malabar, Ciwidey. Di sana kami memesan cukup banyak makanan, yang hampir semuanya berstrawberry. Mulai dari Gurame strawberry, sambel strawberry, strawberry goreng dan minumnya jus strawberry.

Stroberi Goreng

Stroberi Goreng

Makanan yang sungguh nikmat sekali. Diantara semuanya, yang paling menyita perhatian aku adalah strawberry goreng. Jadi semacam satu buah strawberry utuh yang dibalut sama adonan tepung (yang rasanya mirip donat) lalu digoreng. Untuk menikmatinya, kita bisa mencocol strawberry goreng ini ke susu kental manis rasa strawberry yang disediakan. Hmmm gigitan kita pada strawberry goreng ini langsung maknyus. Rasanya kecut campur manis, karena perpaduan antara strawberry dengan cocolan susu strawberry-nya.

Bagi yang ingin petik sendiri buah strawberry di kebunnya langsung, dapat dilakukan di kebun strawberry yang mengelilingi rumah makan ini. Saung Sari juga menyediakan oleh-oleh “berbau” strawberry. Mulai dari sale pisang strawberry, manisan sampai selai strawberry home made. Ada juga bantal berbentuk strawberry yang lucu dan menarik.

A Bite of "Strawberry Goreng"

Sekian kisah perjalananku ke Bandung dan Ciwidey, semoga bisa memberikan referensi bagi temen2 yang hendak berkunjung ke sana.