Warung Babi Guling Bu Oka, tampak luar

Yap betul… Warung Babi Guling Bu Oka menjadi pilihan kami untuk makan siang. Sebelumnya mohon maaf bagi yang tidak mengkonsumsi daging babi, postingan saya ini hanya ingin sekedar bercerita tentang kuliner asli khas Bali. Bagi yang kurang berkenan, silahkan untuk tidak meneruskan membacanya.

Warung Bu Oka lokasinya di Jalan Suweta Ubud, tidak jauh dari pasar Ubud, atau tepatnya di depan Puri Saren. Warung Babi ini baru buka jam 11 siang dan tutupnya sampai stock babinya habis, biasanya sekitar jam 3an sore udah abis. Kabarnya sih warung Bu Oka ini setiap harinya bisa menghabiskan 4-5 ekor babi guling.

Karena sudah terkenal di kalangan wisatawan, kami sengaja datang beberapa saat sebelum warungnya buka. Warung ini memang laris banget, jadi kalau udah siang dikit sampe harus antre kalo mau beli. Pada saat kami datang, warung Bu Oka ini memang belum terlalu rame, tapi udah ada segelintir orang yang mulai berkumpul untuk membeli. Kami pun ikut mendekat, ternyata mereka yang berkumpul ini adalah pelanggan yang membeli untuk take away, sedangkan bagi yang ingin makan di tempat, bisa langsung duduk saja, kemudian akan dibantu oleh pelayan di sana.

Main Course

Oya warung buka ini luasnya tidak terlalu besar, ada deretan meja panjang di dalam membentuk huruf U untuk lesehan, dan susunan meja “gazebo” di luar. Karena tempat yang terbatas, maka jangan harap anda bisa mendapatkan tempat duduk dengan mudah di warung ini pada saat siang hari.

Kembali ke menu utama, kami sempat kaget juga dengan harga sepaket nasi babi di sana. Untuk satu paket babi guling lengkap yang pisah ditambah sup dan nasi, harganya sekitar 40 ribu rupiah. Untuk menghemat, maka kami hanya memesan satu paket saja, ditambah satu porsi nasi putih lagi dan teh tawar anget. Jadi satu lauk, dipake untuk dua porsi nasi hehe. Tidak berselang lama, menu yang kami pesan pun datang. Suwiran daging babi yang cukup banyak diberi bumbu sambel ijo pedas. Trus ada juga sepotong kulit babi yang super gurih, yang dibaliknya masih tersisa sedikit lemak babi yang aduhai, sangat cocok untuk penderita kolesterol seperti saya hehe. Daging dan kulit babi tadi masih dilengkapi dengan sepotong sosis babi, yang bentuknya mirip seperti usus sapi, daging babi goreng kering dan tidak ketinggalan sayur lawar yang puedes. Kami pun langsung menghajar saja hidangan di depan kami tanpa sisa. Sampe ada insiden rebutan kulit babi yang hanya selembar itu antara saya dan adik hehe. Karena jarang menikmati daging babi, maka saya nyatakan kalo daging babi Bu Oka ini memang mak josss tenan.

sedang dikuliti

Kami juga beruntung menyaksikan daging babi guling utuh yang masih fresh from the oven dibawa dua orang bapak-bapak dengan berboncengan motor ke warung ini. Ukuran babinya sendiri memang tidak terlalu besar, mungkin kira-kira beratnya sekitar 20-an kilogram. Ketika babi ini mulai dipotong-potong oleh 3 orang ibu-ibu karyawan warung bu oka ini, saya baru paham ternyata seluruh isi jeroan babi itu telah dilucuti. Hanya tersisa daging babi yang masih menempel di kulitnya yang berwarna coklat mengkilat. Seluruh bagian dalam daging babi itu sudah dilumuri dengan bumbu pedas sampai rata. Ibu-ibu ini pertama memisahkan kepala babi dari badannya. Kemudian dilanjutkan dengan melucuti kulit babi dari dagingnya. Memisahkan kulit babinya sendiri tampak tidak terlalu susah, hanya seperti mencopot pakaian dari tubuh. Setelah dilucuti, mulailah ibu-ibu ini memotong-motong daging babi menjadi suwir-suwiran kecil.

Penjual babi guling sendiri di Bali cukup banyak, namun memang konon katanya warung babi Bu Oka ini memang yang paling top markotop jos gandos ketes ketes. Jadi bagi anda yang kebetulan mampir ke Ubud, dan memang boleh mengkonsumsi daging babi, maka plis jangan melewatkan kesempatan mencicipi babi guling Bu Oka ini. Selamat mencoba.

tampak luar saat baru buka

tampak dalam

membujur pasrah

lautan bumbu pedas di dalam babi guling

siap dikuliti

memulai proses melucuti kulit

proses melucuti kulit 1

proses melucuti kulit 2

Selesai dikuliti, lanjut disuwir-suwir

mejeng dulu ah