Archive for December, 2009


Bike to Campus (newby)

Newby Goweser

Virus sepeda ternyata mulai merasuk dalam diri saya. Bermula dari pengalaman saya yang pernah beberapa bulan bergabung bersama salah satu NGO lingkungan internasional, ternyata mata hati saya mulai terbuka (cailehhh…). Saya baru sadar bahwa ternyata untuk menyelamatkan bumi ini dari kerusakan, tidaklah perlu menggunakan cara-cara yang ekstrim dan radikal. Cara sederhana dan mudah pun dapat kita lakukan untuk berkontribusi bagi masa depan bumi ini. Antara lain dengan mematikan lampu yang tidak digunakan, tidak meninggalkan alat elektronik dalam keadaan standby, mengurangi penggunaan plastik, dan menggunakan kendaraan umum untuk berpergian.

Masih banyak cara lain yang bisa kita tempuh untuk lestarinya bumi, salah satunya adalah beralih untuk menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Minimal sebagai transportasi jarak dekat. Nah virus sepeda inilah yang kemudian mampir ke benak saya. Terlebih bapak saya juga sudah memulai menggeluti dunia sepeda dengan aktivitas gowes rutin bersama teman-teman kantornya. Awalnya, kalau mudik, saya coba-coba ikutan gowes bersama bapak dan teman-temannya.

Gowes @ Salatiga Bersama Teman2 Kantor Babe

Setelah menabung dan menabung ditambah subsidi dari bapak, akhirnya jadi juga saya membawa sepeda ke Jakarta. Tujuan utamanya jelas, untuk transportasi sehari-hari dari kosan di daerah Utan Kayu, ke kampus di bilangan Salemba. Jarak yang lumayan dekat, namun cukup membuat tubuh saya penuh dengan peluh. Sehingga, setibanya di kampus, saya harus langsung membilas tubuh, dan ganti pakaian. Kan ga lucu,kalo yang awalnya mau menularkan virus sepeda ke teman-teman kampus, eh yang ada malah jadi menebarkan virus bau badan hehe. Continue reading

Jamu Cespleng ala Mentjos

Jamu, hampir semua orang mengenal kata itu. Salah satu obat alami yang mencoba terus bertahan hidup ditengah hingar bingar obat kimia dewasa ini. Obat alami yang bersahabat bagi tubuh, dan tentunya tanpa efek samping. Saya sendiri menyesal karena sudah terlalu addict dengan obat-obatan kimia sejak kecil.

Rajutan cerita dengan jamu, kembali masuk ke dalam benak saya ketika memulai kuliah di Program Pascasarjana salah satu Universitas negeri di Jakarta pada akhir 2009. Dalam pikiran saya, jamu cuma ada dua cara penjualan. Yang pertama dengan menggunakan tenggok yang djual keliling oleh mbok-mbok jamu. Kedua, dijual di sebuah warung kecil, dengan jamu instannya. Warung kecil ini terkadang sering digunakan sebagai kedok penjualan minuman keras.

Salah satu sudut "Bar" Mentjos

Semua anggapan saya ini kemudian menemui falsifikasi ketika dikenalkan oleh seorang teman kampus tentang keberadaan sebuah warung jamu unik. Namanya Jamu Bukti Mentjos atau lebih dikenal dengan sebutan Jamu Mentjos. Warung jamu ini dikemas dengan gaya interior tradisional, classic dan vintage. Desainnya seperti bar dengan kursi tinggi dan mejanya yang mengelilingi warung tersebut. Di sekelilingnya dipajang barang antik dengan lukisan yang menggantung di setiap sisi tembok. Berlokasi di Jalan Salemba Tengah, Jakarta Pusat, warung ini agak mudah ditemukan karena berada tepat di perempatan jalan. Lahan parkirnya pun cukup luas. Untuk mobil kira-kira bisa menampung sebanyak 8 kendaraan. Continue reading